Description
Al-Farabi dan Ibn Rusyd adalah dua filosof Muslim yang sama-sama banyak menulis parafrasa. Persamaan antar keduanya barangkali karena menggunakan sumber yang sama. Namun gaya Ibn Rusyd jelas berbeda dari filosof sebelumnya, al-Farabi. Ibn Rusyd tidak sekedar mendeskripsikan ide-ide Plato, namun merefleksikannya pada tataran praktis hingga filsafat politik tidak lagi terkesan menjadi ide-ide yang melangit.
—E. I. J. Rosenthal, Pakar Islamic Studies
Menurut saya, karya politik Ibn Rusyd ini tidak sekedar pemaparan teoritis, tetapi reformasi politik bagi politik penguasa pada masanya sekaligus kritik terhadap kebusukan politik pada zamannya. Karya Ibn Rusyd ini menunjukkan berbagai contoh kasus di Andalusia yang bisa dipakai sebagai bentuk-bentuk pengandaian dari ragam organisasi politik yang dikemukakan Plato.
—Oliver Leaman, Peneliti Filsafat Islam
Karya politik Ibn Rusyd ini merupakan karya langka. Alasannya sederhana, Ibn Rusyd tidak menjadikan karya ini sebagai momentum untuk menunjukkan otentisitasnya, kepiawaiannya, atau bahkan keunggulannya dari para filosof sebelumnya. Ia justru mengkhususkan otentisitas dan kepiawaian itu untuk menyembunyikan karakteristiknya. Tekad Ibn Rusyd dalam karya ini merupakan bukti dari karakteristik itu, karena hakekatnya tidak mudah untuk dijawab: kenapa Ibn Rusyd tidak menulis buku ini dengan atas nama dirinya sendiri? Padahal dalam teks buku ini ada semacam revolusi dari “ia mengatakan” menuju “kami mengatakan”.
—Ralph Lerner, Pakar Politik Islam
Tidak berlebihan bila dikatakan bahwa buku yang kini ada di tangan pembaca mempunyai daya pikat tersendiri, karena tampaknya buku ini menyiratkan dimensi lain dari sekian banyak dimensi yang dimiliki oleh seorang Ibn Rusyd dalam proyek multi-dimensinya yang dikerjakan dengan segenap kesadaran dan perencanaan yang integral. Yang pasti, proyek yang dimaksud adalah proyek reformasi agama, filsafat, dan sains.
—Muhammad Abid al-Jabiri, Filosof Islam
Buku ini tidak sekedar memberi pemahaman kepada Anda tentang politik utama dan politik durjana, tetapi juga layak dijadikan sebagai “juru bicara” yang lugas untuk mengajukan kritik terhadap kekuasaan egoistik yang telah dan tengah melanda di berbagai negeri mayoritas Muslim, karena istilah kekuasaan egoistik yang diciptakan Ibn Rusyd dalam buku ini tidak lebih diartikan sebagai kekuasaan yang dihuni oleh para penguasa yang hanya berusaha mengeruk kekayaan negara untuk kepentingan nafsu perut mereka sendiri, dan mengusung kekayaan negara ke dalam rumah pribadi mereka.
—Zainuddin, Penerjemah dan Editor
Reviews
There are no reviews yet.